HAKIKAT, PERMASALAHAN, DAN TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

HAKIKAT, PERMASALAHAN, DAN TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik dan juga menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan peranan penting dalam pembentukan kepribadian kita sebagai mahasiswa yang cinta tanah air dan berbudi luhur. Penulis sadar bahwa sebagai manusia biasa pasti punya kesalahan. Oleh sebab itu saya berharap sekali akan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak ysng telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, terima kasih.



Semarang, 10 September 2009

Penulis








PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
Bahasa adalah segala komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-4 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun).
Istilah ‘pemerolehan’ merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir (Darmojuwono dan Kushartanti, 2005: 24). Secara alamiah anak akan mengenal bahasa sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertama yang dikenal dan selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (native language).
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Pada hakekatnya, proses pemerolehan bahasa itu pada setiap anak sama, yaitu melalui pembentukan dan pengujian hipotesis tentang kaidah bahasa. Pembentukan kaidah itu dimungkinkan oleh adanya kemampuan bawaan atau struktur bawaan yang secara mental dimiliki oleh setiap anak. Inilah yang disebut dengan alat pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devical/ LAD). Dengan ini setiap anak dapat memperoleh bahasa apa saja serta ditentukan oleh faktor lain yang turut mempengaruhinya. Data kebahasaan yang harus diproses lebih lanjut oleh anak merupakan hal yang penting.
B. PERMASALAHAN PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
Hal yang patut dipertanyakan dalam pemerolehan bahasa pertama adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalam memperoleh bahasa pertamanya? Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2005:243-244) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.
C. TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa B1 dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. B1 diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknya ada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.
Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama adalah sebagai berikut:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata.
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Cara memahami dan menganalisis bahasa antara lain:
a. Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fungsi bahasa lain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikasi anak yang paling nyata, knrena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang dapat mememuhi atau mengerti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua dapat mempelajari apakah anaknya menangis karena lapar, sakit, kesepian atau bosan pada waktu tertentu.
b. Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan.
Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan social.
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri.
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.
5) Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan perasaan orang lain
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman sebayanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.

Selain tahap pemerolehan bahasa yang disebutkan di atas, ada juga para ahli bahasa seperti Aitchison mengemukakan beberapa tahap pemerolehan bahasa anak sebagai berikut :
Tahap 1: Mendengkur, tahap ini mulai berlangsung pada anak usia sekitar enam minggu. Bunyi yang dihasilkan mirip dengan vokal tetapi tidak sama dengan bunyi vokal orang dewasa.
Tahap 2: Meraban, tahap ini berlangsung ketika usia anak mendekati enam bulan. Tahap meraban merupakan pelatihan bagi alat-alat ucap. Vokal dan konsonan dihasilkan secara serentak.
Tahap 3: Pola intonasi, anak mulai menirukan pola-pola intonasi. Tuturan yang dihasilkan mirip dengan yang diucapkan ibunya.
Tahap 4: Tuturan satu kata, pada umur satu tahun sampai delapan belas bulan anak mulai mengucapkan tuturan satu kata. Pada usia ini anak memperoleh sekitar lima belas kata meliputi nama orang, binatang, dan lain-lain.
Tahap 5: Tuturan dua kata, umumnya pada usia dua setengah tahun anak sudah menguasai beberapa ratus kata. Tuturan hanya terdiri atas dua kata.
Tahap 6: Infleksi kata, kata-kata yang dianggap remeh dan infleksi mulai digunakan. Dalam bahasa Indonesia yang tidak mengenal istilah infleksi, mungkin berwujud pemerolehan bentuk-bentuk derivasi, misalnya kata kerja yang mengandung awalan atau akhiran.
Tahap 7: Bentuk Tanya dan bentuk ingkar, anak mulai memperoleh kalimat tanya dengan kata tanya seperti apa, siapa, kapan, dan sebagainya. Di samping itu anak juga sudah mengenal bentuk ingkar.
Tahap 8: Konstruksi yang jarang atau kompleks, anak sudah mulai berusaha menafsirkan meskipun penafsirannya dilakukan secara keliru. Anak juga memperoleh kalimat dengan struktur yang rumit, seperti pemerolehan kalimat majemuk.
Tahap 9: Tuturan yang matang, pada tahap ini anak sudah dapat menghasilkan kalimat-kalimat seperti orang dewasa.
a. Perkembangan Produksi Bahasa
Perkembangan produksi bahasa antara lain :
1. Pemerolehan dalam bidang fonologi
Perkembangan fonologi meliputi bidang fonetik, fonemik dan fonotaktik. Roman Jakobson, seorang linguis besar dan terkemuka mengemukakan bahwasanya bahwa bahasa anak di seluruh dunia mengembangkan suatu sistem yang sama, fonemik yang sama. Ia menyatakan bahwa anak-anak mengembangkan satu sistem fonemik yang umum terdapat dalam semua bahasa di dunia dan baru ke dalam bahasa ibu atau bahasa warisannya.
Beberapa kaidah yang dikemukakan oleh Jakobson antara lain:
 Konsonan /p,m,t/ adalah tiga konsonan yang diperoleh pertama kali oleh anak-anak dan ketiganya hampir terdapat dalam semua proses berbahasa.
 Fonem pertama yang dikuasai oleh anak-anak adalah fonem-fonem yang secara artikulatoris dapat dengan mudah dibedakan dan dipertentangkan.
 Vokal pertama yang dikuasai oleh anak-anak adalah vocal /a/. Selanjutnya vocal /a/ tersebut akan pecah menjadi vocal /i/ dan pecah lagi menjadi /u/.
 Konsonan /p/ akan segera dipertentangkan dengan konsonan bilabial nasal /m/. Kemudian konsonan /p/ juga akan dipertentangkan lagi dengan konsonan /t/.
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.
2. Pemerolehan dalam bidang morfologi dan sintaksis
Kita mengetahui bahwa aspek morfologi dalam berbagai bahasa tidak sama. Bahasa Inggris misalnya mengenal modifikasi yang berhubungan dengan kata, jumlah, kasus, orang, yang berbeda dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Pada aspek ini, anak-anak mula-mula belajar dengan cara meniru. Bagi anak-anak Inggris atau yang orang tuanya tahu lalu berbahasa Inggris, kita akan selalu mendengar kata bantu to be, to do, to have, dan modifikasi kata kerja. Sampai umur 3 tahun anak mencoba terus yang tentunya mendapat pengukuhan orang di sekelilingnya.
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
Alamsyah (2007:21) menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat.
3. Pemerolehan tata bahasa pada anak.
Pada tahun 1963 Martin Braine, Universitas California di Santa Barbara, mendapati dalam penelitiannya bahwa urutan dua kata yang dipakai anak ternyata mengikuti aturan tertentu. Kata-kata tertentu selalu berada pada tempat tertentu pula dan ada kata-kata yang tidak pernah muncul sendirian. Ketiga anak yang dia selidiki tampaknya membagi kata-kata mereka menjadi dua kelompok:
a. Kata-kata yang sering muncul, yang tidak pernah sendirian, dan muncul pada posisi tertentu.
b. Kata-kata yang jumlahnya lebih besar, yang munculnya tidak sesering seperti yang ada pada (a), posisinya juga dimana saja dan bias muncul sendirian.
b. Perkembangan Keterampilan Berbicara
Perkembangan keterampilan berbicara antara lain :
1. Hubungan produksi, komprehensi, dan pemikiran
Manusia, baik anak maupun dewasa mempunyai dua tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Sebagai orang dewasa, kita menyadari bahwa jumlah kosakata yang kita pakai secara aktif adalah lebih rendah daripada kata-kata yang dapat kita mengerti. Begitu juga anak, dimanapun juga kemampuan anak untuk memahami apa yang dikatakan orang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik daripada produksinya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa kemampuan anak dalam komprehensi adalah lima kali lipat dibandingkan dengan produksinya (Benedict 1979 dalam Fletcher dan Garman 1981:6). Sementara itu Fenson dkk (dalam Barret 1995:363) mengatakan bahwa pada saat anak dapat memproduksi 10 kata, komprehensinya adalah 110 kata; jadi 11 kali lipat daripada produksinya.
Ketidak-seimbangan antara komprehensi dengan produksi ini tampak pada perilaku bahasa sehari-hari si anak. Dia telah akan bias memahami perintah untuk menaruh bungkus makanan ke tempat sampah, misalnya meskipun dia belum dapat mengucapkan satu kata pun dengan baik. Dia akan menangis kalau dimarahi ibu atau ayahnya: dia akan dating kalau dipanggil; dst.
2. Bahasa sang ibu dan ujaran sang bayi.
Bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh bahasa ibunya. Bahasa seorang anak umur 15 tahun, waktu bicara dengan adiknya yang berumur 2 tahun adalah juga bahasa sang ibu.
Bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus:
a. kalimatnya umumnya pendek-pendek
b. nada suaranya biasanya tinggi
c. intonasinya agak berlebihan
d. laju ujaran agak lambat
e. banyak redundansi (pengulangan)
f. banyak memakai kata sapaan (Moskowitz 1981; Pine 1994:15; Barton dan Tomasello 1994:109)
Ciri-ciri ini makin lama makin berkurang sesuai dengan perkembangan anak. Dalam hal ujaran, misalnya, kecepatan ujaran orang dewasa pada anak adalah 50% dari kecepatan waktu bicara dengan orang dewasa yang lain. Prosentase pada anak ini naik secara gradual. Intonasi orang dewasa juga makin lama akan kurang berlebihan; demikian juga nada suaranya tidak lagi tinggi terus, dst.
Menurut Chomsky bahasa sang ibu itu “amburadul” (degenerate), artinya bahasa yang kita pakai tidak selamanya apik. Akan tetapi, dari input yang tidak apik ini anak dapat menyaringnya menjadi system yang apik. Kualitas input ini menjadi bahan yang controversial. Orang-orang seperti Gleitman (1977) dan Snow (1997) menemukan dalam penelitian mereka bahwa bahasa sang ibu itu ternyata tidak sejelek seperti yang dinyatakan Chomsky.











DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Yudibrata, Karna, Andoyo Sastromiharjo, Kholid A. Harras. 1997/1998. Psikolinguistik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
http://massofa.wordpres.com/2008/04/29/perkembangan-bahasa-anak/
http://whandi.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=recommend&id=105
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/
http://yanris.wordpress.com/katalanjang/kelahiran-bahasa-dan-pemerolehan-bahasa-pada-anak/
http://www.infodiknas.com/pemerolehan-bahasa-anak-usia-tiga-tahundalam-lingkungan-keluarga/
0 komentar:

Posting Komentar